TIDAK diragukan, salah satu karunia yang
paling berharga kepada manusia adalah kemampuan berkomunikasi. Dengannya, kita
saling mengirim informasi vital secara verbal maupun nonverbal, contohnya
isyarat. Sesungguhnya, kebebasan berbicara merupakan masalah yang diperdebatkan
secara luas. Oleh karena itu, beberapa orang mengira bahwa komunikasi hanyalah
diperuntukkan bagi manusia.
Namun, penelitian memperlihatkan bahwa
binatang saling bertukar informasi dengan cara yang pelik yang sering kali
membingungkan manusia. Ya, mereka ”berbicara”, bukan dengan kata-kata, tetapi
melalui sinyal visual seperti mengibas-ngibaskan ekor, menggerak-gerakkan
telinga, atau mengepak-ngepakkan sayap. Bentuk lain dari komunikasi bisa
mencakup penggunaan suara, seperti gonggongan, raungan, geraman, atau kicauan
burung. Beberapa ”bahasa” ini jelas bagi manusia, sementara yang lainnya
memerlukan banyak penelitian ilmiah untuk mendeteksinya.
Penelitian menunjukkan bahwa semua spesies hewan
dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan beberapa media lain selain
bahasa.
Berikut akan dipaparkan beberapa jenis komunikasi
pada hewan.
Jenis-jenis Komunikasi Hewan
Hewan tidak memiliki kemampuan menggunakan bahasa
sebagai media berkomunikasi sebagaimana manusia.
Namun hewan punya cara lain untuk menyampaikan
pesan ke sesamanya, dimana penggunaaan bahasa tubuh adalah faktor yang paling
penting.
Pesan tersebut bisa bertujuan untuk menyampaikan
lokasi makanan, ajakan untuk melakukan ritual kawin, alarm tanda bahaya,
apresiasi perbuatan baik seperti membantu hewan lain dalam situasi berbahaya,
dan lainnya.
Spesies hewan yang berbeda menggunakan jenis
komunikasi yang berbeda pula.
Ada dua jenis utama komunikasi pada hewan yaitu
komunikasi verbal dan non verbal.
1. Komunikasi Verbal
Suara adalah salah satu jenis yang paling umum
dari komunikasi verbal pada hewan. Sebagian besar spesies menggunakannya
sebagai media untuk menyampaikan pesan.
Kelelawar misalnya, hewan nokturnal yang aktif di
malam hari ini menggunakan gelombang suara untuk berkomunikasi.
Semua burung berkomunikasi melalui kicauan.
Gelombang suara inilah yang mereka gunakan untuk berkomunikasi.
Mamalia umumnya menggunakan suara untuk memanggil
anggota lain dari kelompoknya.
Hewan kecil biasanya mengeluarkan suara mencicit
sedangkan hewan yang lebih besar suaranya lebih bergemuruh.
Penelitian menunjukkan bahwa hewan dengan kepala
kecil dapat menghasilkan suara yang sangat kencang dan mampu merespon suara
dengan berfrekuensi tinggi.
Paus adalah contoh hewan yang menggunakan
gelombang suara untuk berkomunikasi.
Mereka memiliki satu lagu paus yang akan diulangi
setelah interval reguler untuk menyampaikan bahaya, penderitaan, kebahagiaan,
peringatan, dan lainnya.
Anjing dan kucing juga menggunakan berbagai suara
untuk menyampaikan pesan kepada sesamanya.
2. Komunikasi Non Verbal
Berikut adalah berbagai bentuk komunikasi non
verbal hewan:
a. Ekspresi Wajah
Jenis komunikasi ini kebanyakan ditemukan pada
anjing. Ketika marah, anjing akan menyeringai dan menegakkan telinganya.
Sebaliknya saat takut, mereka akan menarik
telinganya ke belakang dan membuka mulut.
Pada burung, ketika induk burung membawa makanan
untuk anak-anaknya, ‘ekspresi meminta’ bisa diamati pada wajah anak-anak burung
tersebut.
Simpanse menggunakan gerak bibir, pipi, dan mata
untuk memberitahu perasaan mereka satu sama lain.
b. Gerakan dan Bahasa Tubuh
Komunikasi melalui gerakan dan bahasa tubuh umum
digunakan tidak hanya pada hewan, melainkan juga manusia.
Meskipun menggunakan bahasa untuk berkomunikasi,
manusia menggunakan pula gerakan dan bahasa tubuh saat berkomunikasi.
Lebah madu adalah makhluk yang menggunakan
sejenis tarian sebagai cara berkomunikasi.
Beberapa lebah menari di sekitar sarang sehingga
lebah lain mendapatkan sinyal dimana lokasi sarang madu berada.
Rusa akan mengibaskan ekornya untuk
memperingatkan rusa yang lain pada bahaya yang akan datang.
Gorila menjulurkan lidahnya untuk mengekspresikan
kemarahan.
Saat kucing mengarahkan telinga ke depan, ini
menunjukkan keramahan dan perhatian.
Namun ketika telinganya tegak dan sedikit
kebelakang, kucing tersebut berusaha memperingatkan kucing lain akan adanya
bahaya.
Jika kucing menarik tubuhnya, maka dia sedang
merasa percaya diri dan siap untuk menyerang.
c. Bau dan Sinyal
Banyak hewan berkomunikasi satu sama lain melalui
bau. Mereka mengeluarkan feromon untuk menyampaikan pesan.
Serigala, rusa, dan serangga, umumnya menggunakan
jenis komunikasi ini.
Bahkan amuba pun perlu berkomunikasi. Cara
berkomunikasi amuba adalah dengan melepaskan zat kimia.
Hewan menggunakan jenis komunikasi ini sebagai
cara menarik pasangan untuk bereproduksi.
Oleh karena itu, komunikasi juga penting dalam
proses reproduksi.
‘Sinyal akustik’, sejenis sinyal suara biasanya
dikaitkan dengan monyet vervet.
Mereka memiliki bahasa yang sebenarnya mengandung
tiga kata yaitu ular, elang, dan macan tutul, untuk memperingatkan vervet
lainnya akan adanya bahaya dari masing-masing ketiga ancaman tersebut.
Ada pula sinyal elektrik yang biasa digunakan
oleh hewan air seperti hiu dan ikan lainnya.
Hewan-hewan ini memiliki electroreceptor untuk
mengidentifikasi objek dan bahaya.
d. Sentuhan
Untuk mengungkapkan perasaannya, simpanse akan
saling menyentuhkan tangan satu sama lain.
Simpanse pendatang baru akan meletakkan tangannya
di mulut simpanse kepala untuk mengkonfirmasi masuknya dirinya dalam komunitas
tersebut.
Selanjutnya proses ini juga berlaku sebaliknya,
simpanse kepala akan memberi jaminan keselamatan bagi pendatang baru.
Simpanse bahkan memberikan pelukan dan ciuman
sebagai ungkapan kasih sayang.
Kucing, badak, dan hewan lainnya saling meringkuk
untuk menunjukkan kasih sayang.
Gajah saling mengaitkan belalainya sebagai bentuk
komunikasi yang lebih dekat. Rusa jantan saling mengunci tanduknya dan
berkelahi untuk menunjukkan dominasi.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar