Mesir bergolak

         Hampir dua pekan, puluhan ribu demonstran anti-pemerintah Mesir masih bertahan di Lapangan Tahrir. Mereka tak akan beranjak dari alun-alun di jantung kota Kairo itu sebelum Presiden Mesir Hosni Mubarak turun.

Seperti dilaporkan Associated Press, mayoritas tampak kelelahan, kelaparan, dan kurang tidur. Bahkan, tak jarang yang terlihat memar dan cedera akibat sejumlah bentrok yang menewaskan sedikitnya 109 orang, sejak 25 Januari 2011.

Meski fisik melemah, semangat mereka tetap membara. Dengan sisa energi, mereka tak ingin perjuangan selama ini sia-sia. "Kami harus mantap menggulingkan pemerintah," kata Ahmed Abdel Moneim, mahasiswa 22 tahun yang sudah berhari-hari tinggal di Lapangan Tahrir.

"Revolusi Prancis membutuhkan proses lama sebelum akhirnya warga mendapat hak-haknya. Jika memang kami harus menghabiskan sisa hidup untuk menyingkirkan Mubarak, kami akan lakukan," Abdel menambahkan.

Demonstran lain pun sepakat dengan pernyataan Abdel. "Mungkin kami akan kehilangan energi selama satu bulan ini, tapi kami akan mendapat kebebasan dalam sisa hidup kami," kata Sharif Mohammed yang turut berjuang menyudahi 30 tahun kekuasaan Mubarak di Mesir.

Optimisme mengalahkan Mubarak terus terbangun di tengah penjagaan tank-tank dan intaian militer di Lapangan Tahrir. Mereka juga tak gentar di tengah upaya pemerintah yang berusaha menghasut rakyat Mesir bahwa demonstran adalah penyebab kekacauan yang membuat kota Kairo lumpuh.

Sejumlah keluarga korban tewas pun siap menyerahkan nyawa mereka demi memastikan berakhirnya rezim Mubarak. "Negara ini tidak memiliki kebebasan dan tidak ada pluralitas pendapat," kata Ahmed Mustafa, pria 58 tahun yang baru saja kehilangan putranya akibat bentrok.
Aksi demonstrasi dan revolusi menentang pemerintahan yang terjadi di Timur Tengah ternyata tidak hanya terjadi di Tunisia maupun Mesir. Ternyata aksi menuntut adanya revolusi ini juga telah menjalar di beberapa negara lain yang berada di Timur Tengah dan juga merambah ke Afrika Utara Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan negara-negara yang tengah mengalami aksi menuntut adanya perubahan dalam pemerintahan,di antaranya:
1. Aljazair
Pemerintah Aljazair menyatakan segera mencabut Undang-undang Darurat yang telah diberlakukan selama 20 tahun. Kebijakan itu diambil setelah terjadi aksi demonstrasi yang menginginkan perubahan kekuasaan. Dalam aksi tersebut terjadi bentrokan antara pendemo dengan aparat keamanan.
2. Bahrain
Aksi protes di negara Teluk Persia, Bahrain menewaskan seorang pendemo dan tiga orang polisi kritis. Demonstrasi itu menuntut reformasi politik, partisipasi hak politik, penghormatan pada hak asasi, dan penghentian diskriminasi sistematis pada Shia. Aksi itu awalnya berlangsung damai hingga aparat kemudian berusaha membubarkan dengan menggunakan peluru karet dan menyeprotkan gas air mata.
3. Mesir
Demonstrasi di negeri piramid berlangsung 18 hari, berhasil menggulingkan 30 tahun penguasanya Hosni Mubarak turun dari kursi kepresidenan pada Jumat pekan lalu. Namun, aksi demonstrasi berlanjut pada Senin kemarin. Giliran aparat kepolisian yang melakukan aksi protes, mereka menuntut kenaikan gaji, pengurangan jam kerja, dan penghargaan lebih. Mereka juga mengaku diperintah menembah pendemo penentang pemerintah dan diancam penjara jika menolak.
4. Iran
Puluhan ribu pendemo melakukan long mars di Jalan Revolusi di ibukota Iran, Teheran Senin kemarin. Mereka memprotes presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Aksi itu awalnya berlangsung damai ketika mereka bergerak menuju Azadi Square. tetapi bentrokan dengan aparat polisi yang ingin menghalangi mereka tak terhindarkan.
5. Irak
Ribuan orang menggelar demonstrasi di berbagai kota bulan ini. Mereka memprotes kemiskinan yang merajalela, 45 persen angka pengangguran, dan terbatasnya stok makanan, listrik dan air. Setelah aksi protes itu, Perdana Menteri Nuri al-Maliki mengumumkan ia akan memotong setengah gajinya ditengah-tengah situasi buruknya pelayanan publik dan minimnya penyediaan air. Al-Maliki juga menyatakan tidak akan melanjutkan masa jabatan untuk periode ketiga setelah masa jabatannya berakhir pada 2014.
6. Yordania
Raja Abdullah II melantik pemerintahan yang baru setelah terjadi protes anti pemerintah. Pemerintahan yang baru diberi mandat melakukan reformasi politik. Situasi
ekonomi di Yordania terpukul oleh penurunan ekonomi global dan meningkatnya harga komoditas, dan angka pengangguran angkatan produktif tinggi, seperti yang terjadi di Mesir.
7. Libya
Seruan untuk melakukan aksi demonstrasi damai yang di selenggarakan pada hari Senin kemarin diumumkan melalui media sosial facebook. Aksi protes ini berada dalam bayangan pemimpin Moammar Gadhafi yang telah memerintah negara itu selama hampir 40 tahun. Namun, tidak diketahui apakah aksi protes itu berhasil dilakukan.
8. Pemerintahan Palestina
Kabinet Perdana Menteri Salam Fayyad menyerahkan pengunduran diri kepada pemerintah Palestina Presiden Mahmoud Abbas pada Senin kemarin, sehari setelah pengumuman pemilu pada September. Pemerintah Palestina tidak melihat ada kesamaan demonstrasi seperti yang terjadi di beberapa negara Arab, tetapi pemerintah dikritik sejak Aljazeera menerbitkan dokumen rahasia negoisasi dengan Israel.
9. Syria
Pemerintah Syria membatalkan rencana penarikan subsidi yang membuat biaya hidup tetap rendah. Presiden Bashar al-Assad juga memberikan wawancara kepada media asing, sesuatu yang jarang ia lakukan. Dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, ia mengatakan akan melakukan reformasi dengan mengadakan pemilu lokal, menyertakan peraturan media yang baru, dan memberikan kewenangan lebih pada organisasi swasta. Rencana aksi “Hari Kemarahan” yang diorganisir melalui Facebook pun gagal diwujudkan.
10. Sudan
Pendemo bentrik dengan aparat keamanan di beberapa lokasi. Human Rights Watch menyatakan pemerintah menggunakan kekuatan yang berlebihan selama aksi damai pada 30 dan 31 Januari di Khartoum dan beberapa kota sebelah utara yang menyerukan penghentian kekuasaan oleh Partai Kongres
Nasional yang berkuasa. Aksi itu juga menyerukan pentapan kenaikan harga-harga. Dalam aksi itu, aparat menggunakan pipa, tongkat dan gas air mata untuk menghalau pendemo. Sejumlah pendemo ditahan, termasuk 20 orang yang hingga kini masih hilang.
11. Tunisia
Setelah beberapa pekan terjadi demonstrasi, Presiden
Zine El Abidine Ben Ali meninggalkan negaranya. Sejak itu, Italia mulai mengeluhkan besarnya gelombang imigran dari Tunisia yang memasuki teritorinya.
12. Yaman
Bentrokan antara anti dan pro pemerintah di ibukota Yaman, Sana’a berlangsung setidaknya selama tiga hari berturut-turut. Sebanyak 200 orang anti pemerintah berhadapan dengan 300 pro-pemerintah. Mereka saling melempari batu dan mengacungkan pisau dan belati.
Amerika di Belakang Revolusi Mesir
Terjawab sudah siapa yang berada di balik revolusi yang bertujuan menggulingkan Presiden Mesir Hosni Mubarak. Pihak itu tak lain dan tak bukan adalah Amerika Serikat (AS).
Skenario itu telah disusun Washington dengan bertema “perubahan rezim” selama tiga tahun terakhir. Skenario itu sangat matang hingga meledak setelah kesuksesan Revolusi Melati yang menggulingkan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali.
Harian Daily Telegraph terbitan Inggris menyebutkan, AS diam-diam mendukung para pemimpin gerakan revolusi Mesir. Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Kairo pernah membantu seorang anak muda anti-pemerintah untuk menghadiri konferensi para aktivis AS.
Nama pemuda itu dirahasiakan agar tidak diketahui polisi Mesir.Kemudian,saat datang ke Kairo pada Desember 2008,aktivis itu menuturkan bahwa para diplomat AS menggaet kelompok oposisi untuk merencanakan skenario menggulingkan Presiden Mubarak dan membentuk pemerintahan demokratik pada 2011.
Aktivis tersebut kini telah ditangkap dalam kaitannya dengan demonstrasi yang merebak akhirakhir ini.
Identitasnya tetap dilindungi Daily Telegraph. Sementara, data kabel rahasia diplomatik AS yang dirilis situs peretas WikiLeaks menunjukkan, pejabat Washington menekan pemerintah Mesir agar membebaskan para aktivis antipemerintah yang ditahan.
Dalam data diplomatik disebutkan, pada 30 Desember 2008 Duta Besar AS untuk Mesir Margaret Scobey melaporkan bahwa kelompok oposisi sedang menyusun agenda rahasia “perubahan rezim” yang akan dilaksanakan sebelum pemilu, dan dijadwalkan pada September 2011.
Memo yang dikirim Scobey dikirim ke Kementerian Luar Negeri AS di Washington itu bertanda “rahasia” dan berjudul “(Gerakan) 6 April, kunjungan aktivis ke AS dan perubahan rezim di Mesir”.  Data kawat diplomatik juga menyebut bahwa para aktivis mengklaim mendapatkan dukungan dari kekuatan oposisi yang menyepakati rencana tidak tertulis untuk transisi menuju demokrasi parlementer.
Mereka ingin mengubah konsep tataran pemerintahan Mesir dengan memperlemah kekuasaan presiden dan memperkuat perdana menteri dan parlemen. Rencananya, aksi itu akan dilaksanakan sebelum pemilu presiden 2011. Sumber kedutaan menyebutkan, rencana tersebut sangat sensitif dan tidak boleh ditulis.
Bagaimanapun, dari dokumen tersebut menunjukkan para aktivis telah didekati para diplomat AS.Para aktivis juga mendapatkan dukungan besar atas kampanye pro-demokrasi dari para pejabat di Washington.
Ya, aksi demonstrasi Mesir kali ini dikendalikan Gerakan Pemuda 6 April, sebuah kelompok di Facebook yang menarik generasi muda dan kelompok terdidik untuk menentang Mubarak. Kelompok ini beranggotakan 70.000 anggota dan menggunakan situs jejaring sosial untuk mengendalikan demonstrasi.  Meski akhirnya Mubarak memutus semua jaringan komunikasi di negaranya. Mubarak kini menghadapi tantangan paling berat dalam pemerintahannya selama 31 tahun berkuasa.
Sebagai sekutu utama, posisi AS pun serbasulit.Tetapi,AS tetap memainkan standar ganda untuk menutupi skenario revolusi. Itu terbukti ketika Obama berkomentar pada pekan lalu mengenai Mesir.  Presiden AS Barack Obama dalam reaksi atas demonstrasi di Mesir, menyatakan, “Kekerasan bukanlah jawaban dalam penyelesaian permasalahan di Mesir.” Dia juga menegaskan agar Mubarak menempuh langkah reformasi politik. Bisa dibilang, investasi AS untuk Mesir sangatlah banyak.
Salah satunya adalah militer. AS juga dalam kondisi khawatir karena memikirkan apakah militer Mesir akan berpihak ke Washington atau tidak. Sedikitnya USD1,3 miliar bantuan AS dikucurkan untuk militer Mesir pada 2010.Bantuan untuk pasukan huru-hara dan polisi Mesir berjumlah sekitar USD1 juta.  “Hubungan dengan militer merupakan suatu hal yang sangat keramat. Militer merupakan elemen penting dalam hubungan dua negara,”ujar Jon Alterman,peneliti di Pusat Kajian Strategi dan Internasional. Washington telah mengancam militer Mesir agar tidak bertindak keras terhadap demonstran. 
Suleiman, Masa Depan Mesir?

Revolusi Mesir kini tidak lagi fokus terhadap penggulingan Mubarak.Rakyat Mesir dan dunia internasional mengarahkan perhatiannya terhadap Omar Suleiman. Siapa dia? Suleiman telah dipilih menjadi Wakil Presiden Mesir.Dia pernah menyelamatkan Mubarak ketika diserang teroris di Etiopia.
Penunjukan Suleiman sebagai wakil presiden pada Sabtu 29 Januari lalu merupakan sinyal bahwa dialah calon pemimpin masa depan Mesir yang direstui Mubarak.  Kedekatan Suleiman dengan militer dan dikenal sebagai pemecah masalah adalah harapan bagi Mubarak yang ingin mempertahankan kekuasaan. Kedua orang tersebut merupakan sahabat lama dan sama-sama dekat dengan Washington.  Para pejabat AS memandang Suleiman sebagai pemimpin transisi nantinya, setelah Mubarak.  Dengan dukungan Ahmed Shafiq, 69, yang ditunjuk sebagai perdana menteri, ditambah dengan Hussein Tantawi yang tetap menjabat panglima militer, maka posisi Suleiman semakin kuat.
“Presiden (Mubarak) memilih seorang pria yang dia percaya ketika dia (Mubarak) sedang digoyang,” ujar Mahmud Shokry, mantan duta besar untuk Suriah dan teman dekat Suleiman,kepada The NewYork Times.
“Tidak ada keraguan bahwa presiden tidak mengetahui apa yang akan terjadi nanti.” Suleiman, mantan jenderal, menjadi kandidat pemimpin Mesir yang telah diskenariokan kubu Mubarak dan militer.
Jika Suleiman tetap maju,maka publik akan marah karena itu tidak dikehendaki oleh rakyat Mesir.Jika Suleiman jadi presiden, maka demokrasi otoriter dengan dukungan militer akan terus berlanjut.
“Dia (Suleiman) merupakan orang yang keras dan kuat dengan orientasi bisnis. Dia juga merupakan negosiator yang ulung,”ujar Emad Shahin, mantan dosen di American University di Kairo.
Menurut Shahin, setelah aksi demonstrasi besar-besaran ini jelas sekali militer akan mengambil alih.Apalagi, sejarah telah membuktikan bahwa rakyat Mesir memang lebih menghormati militer. Itu disebabkan militer yang menyelamatkan Mesir ketika berperang melawan Israel pada 1967 dan 1973.
Mencari Pemimpin Alternatif Mesir

Jadi, apakah Suleiman adalah orang yang dipandang Barat mampu menggantikan Mubarak? Jawabannya memang sangat sulit.Barat tidak memfavoritkan Suleiman sebagai pengganti Mubarak yang telah 30 tahun berkuasa meski wakil presiden baru itu tampaknya akan didukung AS. Telunjuk Barat sebenarnya lebih terarah pada Mohamed ElBaradei yang dielu-elukan Barat.
Dia dianggap cocok menjadi pemimpin transisi bagi Mesir.Pergaulan yang luas membuat ElBaradei dihargai banyak pihak. Apalagi, dia merupakan seorang sekuler. ElBaradei menyerukan agar Ikhwanul Muslimin seharusnya menjadi partai politik dan bekerja sama dalam satu payung bersama Koalisi Nasional untuk Perubahan. (okezone.com, 31/1/2011).

Detik-detik Bersejarah Turunnya Hosni Mubarak

Hari ini BBC menyiarkan bahwa Presiden Hosni Mubarak akhirnya memberikan pidato yang disiarkan oleh stasion televisi Mesir. Bahwa beliau akan secepatnya mengundurkan diri. Pidato Presiden Mubarak diberikan setelah beliau melakukan rangkaian pembicaraan dengan Sekretaris Jendral Hossan Badrawi yang mewakili partai NDP/National Democratic Party. Pidato yang disiarkan oleh Mubarak  disambut dengan teriakan yel-yel oleh massa yang sudah sekitar 3 minggu menempati Tahrir Square. Disinyalir massa semakin berdatangan memenuhi tempat ini.  Jutaan massa malam ini kamis 10/feb memenuhi Tahrir Square, dan seluruh stasion televisi dari seluruh dunia menyiarkan moment yang bersejarah ini.
Rakyat berteriak ” Mubarak out ”, “Arrested Mubarak”.
Dengan resminya pidato pengunduran diri Mubarak ini, maka otomatis yang akan menggantikan kedudukan Mubarak adalah Wakil Presiden Omar Suleiman. Demikian pemberitaan dari NBC -Amerika. Namun massa Mesir tidak menyukai Wakil Presiden  Omar Suleiman. Jadi besar kemungkinan akan terjadi Coup de tat yaitu kekuasaan negara akan dipegang oleh Militer.  Hari ini tiba-tiba menyebar seluruh kekuatan militer diseluruh Mesir. Dan para petinggi Militer mengadakan pertemuan sangat penting. Diberitakan oleh MENA para petinggi Militer  tengah membicarakan point-point yang penting untuk melindungi rakyat dan negara. Disampaikannya juga dalam pertemuan petinggi Militer tersebut tidak terlihat Presiden Hosni Mubarak. Petinggi Militer menyampaikan, bahwa siapapun yang akan memerintah Mesir bukan seseorang yang mewakili Agama. tetapi seseorang yang independen.
Pemimpin tertinggi Militer menyampaikan pada siaran televisi Mesir, bahwa keingingan para demonstran agar Hosni Mubarak mengakhiri kepemimpinannya ”diterima”.  Setelah mendengar siaran ini massa menyambut dengan gegap gempita. Penyampaian pidato penghiburan bagi massa yang telah berhari-hari menempati Tahrir Square, tidak dijelaskan secara rinci bagaimana pengunduran diri Hosni Mubarak. Yang jelas Militer menyampaikan mereka lebih mengarahkan kepada langkah-langkah untuk menjamin keselamatan publik. Pihak militer tidak menyebutkan langkah-langkah yang dimaksud.
Malam ini seluruh stasion televisi diseluruh dunia menyiarkan, detik-detik  berakhirnya kekuasaan Presiden Hosni Mubarak, setelah selama 30 tahun memerintah rakyat mesir sejak tahun 1981.. Tahrir Square menjadi moment tempat berakhirnya kekuasaan Mubarak. Tahrir Square saksi moment sejarah Mesir.

Mesir: Masa Depan Baru

Mari kita berdoa, semoga rakyat Mesir selanjutnya bisa menikmati kemakmuran dan kesejahteraan kehidupan sosial ditangan pemimpin Mesir yang baru berikutnya, amin.
Masa depan Mesir berakar pada Islam, yakni agama dan cara hidup penduduknya

Ketika situasi di Mesir menjadi ekstrem setelah selama puluhan tahun dibawah penindasan beberapa rezim secara berturut-turut, kita berada dalam posisi di mana kita bisa mendiskusikan skenario potensial setelah penguasa muslim itu digulingkan. Hingga sekarang aturan yang brutal yang dilakukan rezim korup itu berhasil mempertahankan kekuasaan mereka melalui layanan para agen rahasia yang memastikan lumpuhnya setiap langkah bagi sebelum mendapatkan momentum apapun. Kejadian-kejadian di Tunisia telah menggema di seluruh dunia Arab dan kini mulai mendidih di Mesir, negara terbesar di dunia Arab.

Sementara massa di Mesir telah mendorong untuk perubahan rezim dan hanya masalah waktu sebelum rezim Mubarak tumbang, dengan menggaris bawahi keadaan setelah rezim Mubarak dibuang ke tempat sampah sejarah dan jika tidak maka ada kemungkinan nyata bahwa seruan perubahan ini dibajak oleh kekuatan-kekuatan asing. Menlu Inggris William Haag berada di Suriah pada miggu ini. Inggris merupakan sebuah negara yang kemungkinan besar akan ikut campur dalam perubahan ini. Mohamed ElBaradei telah kembali ke Mesir dengan beberapa ambisi yang dipertanyakan. Kepala Staf Mesir Lt.Gen.  Sami Annan berada di Washington pada tanggal 24 Januari 2011 dengan mengepalai suatu delegasi militer berpangkat tinggi. Utusan pejabat tinggi Amerika untuk Timur Tengah, Jeffrey Feltman, adalah pejabat asing pertama yang tiba di Tunisia setelah Presiden Zine El Abidine Ben Ali digulingkan.
Mengingat hal-hal tersebut, 3 bidang kebijakan digarisbawahi untuk Mesir:

Stabilitas Ekonomi - Mesir telah mengalami salah urus besar-besaran selama beberapa dekade terakhir. Menurut Bank Dunia, 40% dari penduduk Mesir, yakni sekitar 30,8 juta orang, hidup dalam kemiskinan. Ekonomi Mesir telah hancur sebagian besar oleh kebijakan rezim yang secara berturut-turut merusak diri sendiri. Mesir juga mengalami malapetaka di bawah reformasi ekonomi IMF dan Bank Dunia, Mesir dipaksa untuk memotong subsidi pangan dan merestrukturisasi ekonomi kepada jasa dan pariwisata. Perekonomian Mesir dan strukturnya adalah masalah yang terbesar karena tidak diarahkan kepada kekuatan sumber daya alam Mesir dari pertanian dan manufaktur.
Pada tahun 1960, Mesir bisa melakukan swasembada gandum, biji-bijian dll untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Pada tahun 1990 di bawah tekanan IMF dan Bank Dunia, Mesir dipaksa untuk merestrukturisasi ekonomi melalui peningkatan ekspor dan mengurangi ketergantungan pada pertanian. Sejak tahun 2000, Mesir telah mengalami berbagai bentuk kerusuhan pangan pada negara yang pernah melakukan swasembada pangan menjadi negara yang tergantung pada impor pangan. Makanan impor juga menyebabkan rakyat Mesir akan terkena kenaikan harga pangan karena pasar keuangan telah berspekulasi pada bidang komoditas. Saat ini Mesir memproduksi 8 juta ton gandum per tahun, yang sangat jauh dari kebutuhan sebesar 14 juta ton untuk memberi makan 80 juta penduduknya. Kekurangan ini dipenuhi dengan gandum yang diimpor dari Amerika Serikat, dengan dibiayai oleh uang yang berasal dari bantuan.
Dibawah Khilafah,  Terusan Suez di mana 5% minyak dunia melaluinya dan dianggap sebagai titik sumbatan. Mesir bisa mengenakakan biaya kargo untuk melaluinya dan melakukan penyulingan minyak mentah yang melewati pelabuhan-pelabuhannya yang akan menghasilkan miliaran dolar bagi negara. Mesir pada hari ini memiliki 9 kilang minyak yang memproduksi 710.000 barel minyak mentah per hari, yang bisa meningkat secara signifikan.
Dalam pertanian, lahan pertanian gurun yang ditawarkan secara teratur pada tingkat dan harga yang berbeda dibatasi hanya kepada sekelompok elit yang dipilih secara sangat hati-hati, yang kemudian mengambil keuntungan dari menjual secara eceran lahan pertanian gurun yang kuas. Hal ini mengubah lahan pertanian gurun menjadi tempat-tempat wisata. Khilafah akan meningkatkan produksi pertanian dalam negeri dan mengakhiri negara untuk menjadi pasar bagi pertanian AS. Itulah kebijakan pemerintah saat ini yang telah membuat Mesir bergantung pada impor.
Pemerintah yang bertanggung jawab - Pada tahun 1880-an, Mesir tidak mampu membayar hutang dan akibatnya, Kerajaan Inggris, yang merupakan negara pemberi pinjaman terbesar, menggunakan alasan ini untuk menduduki Mesir selama setengah abad berikutnya. Inggris mengangkat penguasa kaki tangannya yang setia kepadanya hingga Amerika muncul sebagai kekuatan dunia setelah PD itu mendapatkan pengaruh atas Mesir dan mendapatkan loyalitas penguasa Mesir secara berturut-turut. Rezim Mesir menormalisasi hubungan dengan Israel dan menekan segala tanda-tanda kebangkitan Islam. Selama kekuasaan para penguasa Mesir yang lama itu selalu ditopang oleh kekuatan-kekuatan eksternal dan karenanya mereka tidak pernah menjadi wakil rakyat dan akibatnya itu tidak pernah bertanggung jawab kepada rakyatnya sendiri. Kekuatan-kekuatan asing telah mendanai dan mempersenjatai rezim itu dan menjaga kesetiaan mereka.
Dibawah Khilafah, penguasa dipilih oleh rakyat dan mewakili rakyat. Setiap pengaruh asing menyebabkan dia diganti. Tanggung jawab praktis dilakukan melalui Majlis Ummah, sebuah dewan yang para anggotanya yang terpilih dapat bisa merupakan kaum Muslim, dan non-Muslim, laki-laki maupun perempuan. Para anggota itu mewakili kepentingan konstituen mereka dalam Khilafah. Majlis tidak memiliki kekuasaan legislatif tetapi memiliki banyak kekuatan yang bertindak untuk mengimbangi kekuasaan eksekutif Khalifah. Majlis memiliki hak untuk membuat daftar calon untuk jabatan Khalifah.
Visi - Kaum Muslim memiliki sejarah yang terkenal di Afrika, inilah yang menyebabkan 52% penduduk Afrika saat ini terdiri adalah Muslim. Islam datang ke Afrika Utara setelah Al Sham berada di bawah Islam. Dikenalnya Islam di benua itu diawali melalui penaklukan Mesir. Mesir ketika itu dihuni oleh berbagai macam orang, seperti Kristen Koptik, Yahudi dan Romawi. Demikian pula Afrika Utara adalah wilayah dimana orang Berber hidup di bawah dominasi Romawi. Bangsa Roma memandang Afrika sebagai koloni mereka dan melalui para penguasa kaki tangannya itu mereka mempertahankan cengkeramannya di benua itu. Serangkaian operasi militer untuk menaklukkan Afrika Utara dimulai pada tahun 663, dan kaum Muslim segera mengendalikan kota terbesar di Libya. Tripoli jatuh pada tahun 666 dan tahun 670 kaum Muslim menaklukkan Tunisia. Wilayah Maghrib yang sekarang terdiri dari Libya, Tunisia, Aljazair, dan Maroko, dan secara kolektif dikenal sebagai Bizantium provinsi Afrika akhirnya menyerah dan mengirimkan gelombang kejut di wilayah Romawi. Jatuhnya Mesir, yang merupakan keranjang roti bagi Kekaisaran Romawi, adalah kerugian Romawi  yang tidak pernah pulih.
Kaum Muslim membangun kota Qairouan (kira-kira delapan puluh kilometer di selatan kota Tunis modern). Kota ini menjadi ibu kota Islam Afrika. Awalnya merupakan lokasi pangkalan militer, seperti banyak pangkalan-pangkalan militer kemudian menjadi kota-kota dan pusat-pusat ilmu pengetahuan. Mesjid Al Qayeawm (Jamil Uqba) dibangun oleh umat Islam dan menjadi pusat ilmu pengetahuan dari seluruh wilayah Islam. Adalah kaum Muslim Baru Afrika Utara yang membawa Islam ke Eropa. Orang Berber yang masuh Islam, Tariq Bin Ziyad, kemudian memimpin pasukannya melintasi selat Gibraltar yang mulai terkenal dalam sejarah Islam di Eropa.
Sementara saat ini para penguasa di Afrika Utara secara berturut-turut menjual rakyatnya untuk kepentingan Barat, Islam menjadikan wilayah itu di masa lalu sebagai sebuah ilmu pengetahuan dan pintu masuk ke Eropa. Itu adalah visi Khilafah yang akan membawa Mesir sebagaimana yang terjadi di masa lalu. Khilafah tidak akan menjadi budak yang tunduk patuh kepada kekuasaan Imperial tetapi memiliki ambisi global seperti yang terjadi di masa lalu dengan memberikan visi dunia bagi penduduk di wilayah itu.
Kesimpulan
Saat ini, tekanan-tekanan  telah dibangun ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia Muslim dan sekarang rezim-rezim itu menawarkan remah-remah untuk memenuhi tuntutan  rakyat dan berusaha membeli mereka, dengan berharap mereka cukup puas untuk sesuatu yang sifatnya kosmetik yang akan muncul seolah-olah seperti kemenangan, tetapi sebenarnya hanya akan mempertahankan status quo rezim yang bobrok. Mungkin rezim itu akan menawarkan reformasi, beberapa kantung uang atau makanan, janji pemilihan atau bahkan wajah baru untuk menggantikan seorang tiran tua, tapi yang akan terus menindas mereka dan mencegah solusi nyata atas situasi bencana yang muncul. Perubahan yang nyata tidak datang melalui perubahan wajah. Tidak juga datang melalui reformasi yang lamban.  Melainkan melalui perubahan yang tiba-tiba, menyapu bersih,  tanpa kompromi dan bersifat komprehensif. Perubahan yang sebenarnya adalah untuk menghapus sistem-sistem kafir di negeri-negeri Muslim  secara menyeluruh. Perubahan yang sebenarnya adalah untuk mengembalikan suatu sistim dimana penduduk di wilayah itu telah hidup di bawah Khilafah selama lebih dari seribu tahun. perubahan  Perubahan yang sesungguhnya adalah agar Umat membebaskan dirinya dari belenggu penindas dan kembali lagi untuk hidup di bawah naungan negara Khilafah Islam.

Referensi :
http://luar-negeri.kompasiana.com/2011/02/11/detik-detik-bersejarah-turunnya-hosni-mubarak/
                   http://hizbut-tahrir.or.id/tag/mesir-bergolak/page/7/

0 komentar:

Posting Komentar