Tanaman Adalah Guru Besar Matematika



Beberapa tanaman “memperhitungkan" bahwa struktur Aerodinamis cocok untuk penyebaran serbuk sari oleh angin, dan setiap generasi berikutnya menggunakan cara yang sama. Sedangkan tanaman yang Lain "memahami" bahwa mereka tidak akan cukup dengan memanfaatkan angin dan, untuk alasan ini, mereka menggunakan serangga untuk membawa serbuk sari mereka. Mereka "tahu" bahwa mereka harus dapat menarik serangga kepada mereka untuk dapat berkembang biak, dan mencoba berbagai cara untuk menarik para serangga. Mereka secara khusus mengidentifikasi hal yang disukai serangga.

Setelah menemukan nektar dan aroma yang efektif untuk serangga, mereka menghasilkan aroma dengan berbagai proses kimiawi dan memberikan hasil produksinya ketika mereka telah menetapkan waktu yang tepat untuk melakukannya. Mereka mengidentifikasi rasa dalam nektar yang akan disukai oleh serangga dan keseluruhan dari zat-zat di dalamnya, dan memproduksi sendiri. Jika bau dan nektar tidak cukup untuk menarik serangga kepada mereka, mereka memutuskan untuk mencoba metode lain, dan, agar sesuai dengan situasi ini, yaitu dengan cara "meniru dan mengimitasi".
Lebih jauh lagi, mereka "menghitung" volume serbuk sari yang akan mencapai tanaman lain dengan spesies yang sama dan juga jarak yang harus dilakukan untuk melakukan perjalanan, dan atas dasar ini, mereka menghasilkan serbuk sari dalam jumlah yang paling sesuai dan pada. Saat yang paling tepat . Mereka "berpikir" tentang kemungkinan-kemungkinan yang mungkin mencegah serbuk sari mencapai sasarannya dan "mengambil tindakan" terhadap hal tersebut. Tentu saja, skenario seperti itu tidak akan pernah menjadi kenyataan: pada kenyataannya, skenario seperti ini di luar dari aturan logika.

Tidak ada strategi tersebut di atas dapat dibuat oleh tanaman biasa, karena tanaman tidak bisa berpikir, tidak dapat menghitung waktu, tidak dapat menentukan ukuran dan bentuk, tidak dapat menghitung kekuatan dan arah angin, tidak dapat menentukan sendiri jenis teknik itu akan perlu untuk pembuahan, tidak dapat berpikir bahwa ia akan memiliki untuk menarik serangga itu belum pernah dilihat, dan lebih jauh lagi, tidak bisa memutuskan metode apa yang akan harus dilakukan dengan salah satu atau dari semua cara tersebut.  

Tidak peduli berapa banyak rincian yang berkembang, dari pendekatan apa kepada subjek yang digunakan, dan logika apa yang digunakan, kesimpulan bahwa ada sesuatu yang luar biasa dalam hubungan antara tanaman dan hewan tidak akan pernah berubah. 

Para Makhluk hidup ini diciptakan secara serasi satu dengan yang lainnya. Sistem sempurna yang saling menguntungkan ini menunjukkan kepada kita bahwa kekuatan yang menciptakan baik bunga dan serangga mengetahui kedua jenis makhluk hidup tersebut dengan sangat baik, dan mengetahui semua kebutuhan mereka, dan menciptakan mereka untuk saling melengkapi satu sama lain. Kedua makhluk hidup adalah karya daripada Tuhan semesta alam, Allah Swt, yang mengetahui mereka dengan sangat baik, yang dengan tanpa terkecuali mengatahui segalanya. Mereka dibebankan dengan menggambarkan kebesaran Allah, kekuasaan-Nya Yang Maha Tinggi, dan seni tanpa cela-Nya kepada Manusia.

Tanaman tidak memiliki pengetahuan tentang eksistensi mereka sendiri, begitu juga cara untuk menjalankan kemampuan luar biasa mereka, karena hal tersebut berada di bawah pengendalian Allah SWT, yang merencanakan setiap kemampuan tersebut, yang menciptakan segala sesuatu di alam semesta, dan yang terus menciptakan setiap saat. Kebenaran ini diberitakan kepada kita oleh Allah SWT dalam Al Qur'an: 
Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada Nya. (QS. Ar-Rahman; 6).


Referensi :



Apakah Kita Hidup Didunia Ini,,Nyata?


Seluruh hal yang kita lihat sebagai materi pada kenyataannya tidak lebih dari foton-foton. Foton adalah partikel cahaya dengan panjang gelombang yang bervariasi. Gelombang-gelombang ini merambat ke arah kita dan berubah menjadi sinyal-sinyal listrik ketika mereka sampai pada retina di mata kita. Sinyal-sinyal listrik tersebut bergerak di sepanjang jalan yang telah ditetapkan dan pada akhirnya mencapai pusat penglihatan di dalam otak. Dan disana gelombang-gelombang tersebut memberikan asumsi dengan cara yang sangat luar biasa: Kita yakin bahwa apa yang kita lihat benar-benar berada disana, dan benar-benar ada sebuah televisi atau bangunan pencakar langit di hadapan kita.

Tak peduli betapa meyakinkannya sebuah citra dari bangunan pencakar langit, apa yang Anda anggap sebagai materi pada kenyataannya tidak lebih dari sinyal-sinyal listrik. Dan citra tersebut terbentuk di dalam otak Anda, bukan di depan Anda. Citra sesungguhnya dari bangunan pencakar langit yang ada di luar tidak akan pernah mencapai Anda. Segala hal yang Anda persepsikan, sebagai sinyal-sinyal listrik, adalah gelombang-gelombang cahaya yang terpancar dari bangunan tersebut. Dengan kata lain, apa yang Anda lihat adalah tidak lebih dari gelombang-gelombang cahaya dan sinyal-sinyal listrik. Dengan demikian, sepanjang hidup Anda hanya melihat sebuah citra ilusi dari bangunan pencakar langit, dan bukanlah bangunan pencakar langit yang sesungguhnya. Meskipun sebuah ilusi, bagaimanapun juga, citra tersebut tetaplah sangat jelas dan tidak ada cacat dalam penampakannya. Sangatlah sulit untuk menyadari kenyataan bahwasanya citra tersebut hanya terdiri dari sinyal-sinyal listrik. Citra tersebut diciptakan dengan sangat sempurna di dalam otak sehingga hampir mustahil untuk dapat membedakannya dengan bangunan sesungguhnya. Ini adalah kesempurnaan karya seni dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Keajaiban diciptakan setiap hari, setiap saat di otak manusia. Walaupun hanya sinyal-sinyal listrik yang mencapai otak, dan walaupun bagian dalam otak adalah gelap gulita dan walaupun daerah tersebut hanya berukuran sekian centimeter persegi, semua gunung-gunung, laut-laut, lapangan-lapangan, langit-langit, sampah-sampah yang tak pernah habis, rumah-rumah, televisi-televisi, orang-orang, pohon-pohon dan dengan kata lain semua hal yang kita lihat berada di dalam otak. Semua hal tersebut berwarna. Tetapi tidak ada warna di dalam otak. Semua hal disana bercahaya dan terang benderang, tetapi sesungguhnya tidak ada cahaya di dalam otak, ataupun bahkan di luar otak. Semua hal disana sangatlah berisik dan memiliki banyak suara, tetapi bagian dalam otak sama sekali hening. Ada perbedaan kedalaman disana; bintang-bintang tampak sangat jauh, sedangkan sebuah pensil yang kita pegang tampak dekat. Tetapi kenyataannya semua hal memiliki bidang yang sama di otak kita dan dengan jarak yang sama. Matahari tampak ribuan kilometer di kejauhan sana. Tetapi sesungguhnya berada tepat di sebelah kita, di dalam otak-otak kita. Alasan mengapa matahari ada di dalam otak kita adalah karena citra tersebut semata-mata sebuah sinyal-sinyal listrik. Sebuah tubuh yang kita tahu berada sejauh ribuan kilometer sesungguhnya tercipta di sebuah ruang yang hanya berukuran sekian centimeter persegi.

Dengan demikian, dunia yang kita lihat bukanlah materi yang sesungguhnya. Kita tidak akan pernah bersentuhan langsung dengan materi sesungguhnya yang ada di luar sana. Dunia kita terbatas dengan apa yang ditampilkan pada layar di otak-otak kita. Jauh dari itu, kita tidak dapat menjamin apakah entitas tersebut ada atau tidak, sebagaimana kita tidak dapat menjamin apakah dunia yang diciptakan untuk kita adalah sama dengan dunia sesungguhnya di luar sana.

Dunia yang kita lihat adalah dunia yang Allah transmisikan ke ruh kita. Tidak ada materi di dunia tersebut; tidak ada kekerasan, kelembutan, bau ataupun warna. Hanya ada sinyal-sinyal listrik. Allah membuat sinyal-sinyal listrik sebagai penyebab dari dunia yang bercahaya dan berwarna yang Dia tunjukkan kepada ruh kita. Dan adalah ruh, yang Dia ciptakan untuk setiap manusia, yang mempersepsikan dan menerjemahkan citra-citra ini, gembira, bersedih, ragu-ragu, merasa bahagia dan rindu, mengingat, mencintai dan merasakan kegembiraan di dunia tersebut.

Referensi :

10 negara dengan kecepatan internet tercepat



Mungkin internet sudah tidak asing lagi di telinga kita bahkan di antara kita ada yang bekerja atau beraktivitas full menggunakan internet. Tapi kita sering di buat kesal oleh janji-janji yang di tebar oleh operator yang mengatakan “Internet kami paling cepat”, “Sinyal kami paling kuat”, tetapi dalam praktiknya kita sering menghadapi hal yang sebaliknya. Dan memang Indonesia untuk kecepatan internet masih tertinggal di banding negara-negara lain karena rata-rata kecepatan internet indonesia masih sekitar 2,16 Mbps.

Berikut ini 10 negara dengan kecepatan internet tercepat :
1. Hongkong (41,58 Mbps)
2. Korea Selatan (34,15 Mbps)
3. Lituania (32,81 Mbps)
4. Andorra (31,60 Mbps)
5. Singapura (29,89 Mbps)
6. Taiwan (29,34 Mbps)
7. Latvia (28,91 Mbps)
8. Jepang (28,19 Mbps)
9. Belanda (28,10 Mbps)
10. Rumania (26,62 Mbps)  

Kira-kira Indonesia urutan keberapa ya? Semoga kualitas internet di Indonesia bisa lebih baik lagi.


Mengapa Kita Butuh Mimpi Dalam Tidur?


Orang mengatakan waktu dapat menyembuhkan semua luka. Itu ternyata ada benarnya. Riset terbaru dari University of California, Berkeley, mengindikasikan bahwa lamanya waktu bermimpi ketika tidur dapat mengatasi penderitaan yang menyakitkan.

Peneliti UC Berkeley menemukan bahwa, selama fase mimpi dalam tidur, atau tidur rapid eye movement (REM), yaitu ketika bola mata bergerak cepat saat tidur, zat kimia stres dipadamkan dan otak memproses pengalaman emosional dan mengikis memori yang menyakitkan.

Temuan ini menawarkan sebuah penjelasan yang menarik soal mengapa orang yang menderita kelainan stres pasca-kejadian traumatis, seperti veteran perang, menemui kesulitan untuk pulih dari pengalaman yang membuatnya tertekan dan berulang kali dihantui mimpi buruk. Penelitian ini juga menawarkan jawaban mengapa kita bermimpi.

"Tahap mimpi tidur, berdasarkan komposisi neurokimianya yang unik, memberikan semacam terapi sepanjang malam, sejenis balsam menenangkan yang membuang semua hal yang tajam dari pengalaman emosional pada hari sebelumnya," kata Matthew Walker, dosen psikologi dan neuroscience di universitas itu yang terlibat dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology.

Bagi penderita stres pasca-peristiwa traumatis, terapi malam ini mungkin tidak bekerja secara efektif. "Sehingga ketika kilas balik, misalnya dipicu oleh ban mobil meletus, mereka mengalami kembali seluruh pengalaman mengerikan itu karena emosinya tidak disingkirkan dari memori dengan benar selama tidur," kata Walker.

Hasil studi ini menawarkan berbagai informasi tentang fungsi emosional tidur REM, yang biasanya mencakup 20 persen dari waktu tidur seorang manusia sehat. 

Studi otak sebelumnya mengindikasikan bahwa pola tidur sehat itu tidak berjalan sebagaimana mestinya pada orang yang menderita kelainan seperti trauma dan depresi.

Referensi :

Menguap bisa Menular


Menguap adalah tindakan refleks yang terjadi pada semua orang, biasanya dilakukan untuk menghirup udara dalam jumlah banyak dan diikuti dengan pernapasan.
Tindakan refleks ini seringkali dikaitkan dengan stres, kelelahan, terlalu banyak kerjaan, kebosanan dan mengantuk. Menguap juga bisa terjadi bila ada kelebihan karbondioksida atau kelangkaan oksigen dalam aliran darah.

Studi terbaru menunjukkan menguap bukan saja sebagai tanda seseorang ingin tidur. Tapi tujuan menguap untuk mendinginkan otak sehingga dapat beroperasi lebih efisien dan membuat seseorang tetap terjaga.

Tapi kenapa ketika seseorang menguap yang melihatnya juga ikut menguap?

"Kami berpikir penyebab menguap itu menular karena dipicu oleh mekanisme empatik yang berfungsi untuk menjaga kewaspadaan kelompok. Karenanya menguap adalah tanda empati," ujar seorang peneliti Dr Gordon Gallup, seperti dikutip dari BBCNews, Kamis (8/4/2010).

Penyebab lain menularnya menguap karena aktifnya sistem saraf cermin (mirror neurons system) yaitu neuron yang terletak di bagian depan setiap belahan otak vertebrata tertentu.

Ketika menerima stimulus (rangsangan) dari spesies yang sama, maka spesies tersebut juga akan mengaktifkan daerah yang sama di otak. Hal inilah yang menyebabkan seseorang akan menguap jika melihat oang lain menguap.

Sistem saraf cermin ini bertindak sebagai penggerak untuk meniru dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran manusia. Karenanya menguap sering dianggap sebagai cabang dari impuls (gerakan) tiruan yang sama.

Jika pusat dari sistem neuron cermin tidak aktif saat melihat seseorang menguap, maka hal ini tidak akan memiliki hubungan dengan keinginan merespons untuk menguap.

Semakin kuat seseorang ingin menguap, maka semakin kuat aktivasi dari bagian otak periamygdalar kiri. Hasil temuan ini merupakan tanda neurofisiologis pertama yang mengungkapkan bahwa menguap bisa menular.

Daerah periamygdalar adalah zona yang terletak di samping amigdala dan struktur bentuknya seperti kacang almond yang terletak jauh di dalam otak.

Aktivasi beberapa bahan kimia yang ditemukan di otak, misalnya, serotonin, dopamin, glutamin, asam glutamat dan oksida nitrat, dapat pula meningkatkan frekuensi menguap. Sedangkan beberapa bahan kimia lain seperti endorfin justru bisa mengurangi frekuensi menguap.

Jika seseorang menguap, maka ada tahapan yang terjadi adalah:
  1. Dimulai dengan mulut terbuka
  2. Rahang bergerak ke bawah
  3. Memaksimumkan udara yang mungkin dapat diambil ke dalam paru-paru
  4. Menghirup udara
  5. Otot-otot perut berkontraksi
  6. Diafragma didorong ke bawah paru-paru
  7. Terakhir beberapa udara ditiupkan kembali.

Beberapa studi menunjukkan manfaat dari menguap yaitu dapat menstabilkan tekanan di kedua sisi gendang telinga atau mirip dengan peregangan, melenturkan otot dan sendi pada tubuh serta meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.

Menguap lebih mudah menular di antara anggota keluarga atau teman, ketimbang dengan orang yang tidak dikenal.

Temuan terbaru mengungkapkan bahwa empati sosial mempunyai peran penting di sini. Para ilmuwan menemukan bahwa menular tidaknya menguap tergantung dari kuat tidaknya ikatan antara orang-orang yang berada di suatu tempat. Anggota keluarga adalah yang paling mungkin untuk memicu penularan menguap ini, diikuti oleh teman-teman, kemudian baru orang asing atau yang tidak dikenal.

Para peneliti dari Italia, seperti dikutip laman Huffington Post edisi 8 Desember 2011, menghabiskan waktu satu tahun untuk merekam menguapnya 109 orang dewasa--53 pria dan 56 wanita--dari seluruh dunia. Partisipan dibagi dalam kategori ‘triggers’ yang lebih dulu menguap serta ‘observers’ yang merespons dengan menguap. 

Secara keseluruhan, ada 480 contoh di mana seseorang yang menguap bisa memicu orang lain di dekatnya untuk menguap dalam waktu tiga menit. Kesimpulan dari artikel yang ditulis di jurnal online Public Library Science ONE ini, menurut penulisnya Dr Ivan Norscia dan Dr Elisabeta Palagi dari University of Pisa, “Anggota keluarga adalah pemicu terbesar menguap, baik dari sisi terjadinya maupun dari frekuensi terjadinya.”
 

 
Referensi :
http://egidino.blogspot.com/2012/12/mengapa-menguap-bisa-menular.html